TERNYATA GAGAL BIKIN KITA PINTAR, INI SYARAT UTAMANYA
Mengalami kegagalan itu menyakitkan. Belajar dari kegagalan mudah diucapkan tapi sulit dilakukan. Untuk move on dari gagal saja sulit, apalagi mengambil pelajarannya. Seberapa banyakpun kutipan motivasi anti gagal yang kita jadikan rujukan. Gak ada efeknya jika satu hal ini tidak kita lakukan. Apa itu?
Suatu hari Walter S. Mallory bertanya pada rekannya : “Apa gak malu setelah ribuan percobaan tapi tidak satupun membawa hasil?
Rekannya dengan tersenyum menjawab : “Lho kata siapa tidak membawa hasil? Saya menghasilkan ribuan cara lain yang belum pas”. Rekan yang ditanya ini ialah Thomas Alfa Edison.
Umumnya orang melihat keberhasilan sebagai sesuatu yang baik dan kegagalan itu sesuatu yang buruk. Tapi tidak dengan Thomas Edison, ia melihat kegagalan tetap sebagai kebaikan. Karena dari kegagalan kita bisa belajar, menumbuhkan dan mengembangkan setiap cara yang belum berhasil.
BAGAIMANA BELAJAR DARI KEGAGALAN
Pernah merasakan moment saat kita “unstoppable”, semua berjalan lancar? Setiap hal mudah dikerjakan dengan hasil memuaskan. Kinerja maksimal dicapai tanpa hambatan baik dengan atau tanpa persiapan. Kita merasa kesuksesan adalah hasil yang paling realistis dari setiap usaha kita.
Lalu braakkkk.. tanpa diduga kita mengalami kegagalan. Menghancurkan segala kepercayaan diri kita sebelumnya. Sakit, tidak menyangka, tidak siap, berusaha menyangkal dan mencari seribu satu alasan sebagai pembenaran atas kegagalan.
Apa yang terjadi saat kita menyangkalnya?? kita tidak akan belajar apapun dari kegagalan tersebut. Jika kita fokus pada setiap alasan dan justifikasi atas kegagalan. Karena kita merasa gengsi jika kita juga bisa salah dan gagal. Ditengah segala keberhasilan yang selama ini kita capai.
Apa kunci paling utama kita bisa belajar dari kegagalan? BE HUMBLE…jadi jalan pembuka setiap insight yang muncul. Jangan gengsi mengakui jika kita punya banyak keterbatasan untuk diperluas.
Hilangkan segala defensif dan penyangkalan jika kita ingin mengambil pelajaran. Karena itu dua hal yang bertentangan. Defensif hanya membawa ketertutupan atas segala peluang perbaikan baru. Peluang perbaikan itulah pintu dari sebuah pembelajaran.
Be humble… membawa kita kepada sikap terbuka atas segala masukan, ide dan peluang perbaikan. Sekecil apapun kegagalan akan jadi batu loncatan untuk mencapai tujuan keberhasilan. Sikap terbuka akan membawa banyak kreatifitas dan pilihan-pilihan jalan.
Be humble…menjadikan kita siap secara mental dan spiritual terhadap setiap kegagalan, mengakuinya sebagai bagian dari perjalanan. Tidak hanya mengakui kesalahan, tapi juga kita menyambut setiap kegagalan sebagai titian tangga yang membawa ke proses selanjutnya.
Be humble…menghindarkan kita dari The Blame Game. Yaitu lingkaran setan yang tidak ada putusnya dimana semua pihak saling menyalahkan. Tidak mau ambil bagian karena merasa kesalahan bukan ada berasal darinya. Be humble…membuat kita legawa mengakui dan mengambil tindakan perbaikan.
Be humble…satu sikap yang patut kita jadikan panduan untuk menjadikan kita pintar belajar dari kegagalan. Gimana, ada masukkan?