Building your FORTITUDE
Dua hal yang pasti bagi manusia yang hidup di bumi, mendapatkan segalanya sesuai harapan dan keinginan atau justru sebaliknya. Saat diberi ujian kebahagiaan relatif kita bisa mudah untuk survive tapi tidak sebaliknya saat hidup diberi ujian penderitaan.
Begitu juga relatif mudah menjaga motivasi saat semua berjalan sesuai rencana. Kita hanya butuh sedikit dorongan untuk tetap berproses pada tujuan. Tapi… tidak begitu saat kita sedang terjatuh dan terpuruk dengan kegagalan yang datang diluar perkiraan.
Saat manusia dipercaya menjalani episode yang tidak sesuai harapan semisal sakit, ditinggal orang yang kita sayang, kehilangan pekerjaan, mengalami musibah dan kejadian lainnya yang membawa kita jatuh.
Saat kita jatuh kedalam lubang keterpurukan yang kita lihat adalah permukaan yang jauh dari jangkauan. Sekeliling kita gelap tanpa satupun pegangan, cahaya permukaan diatas sana kecil dan jauh dari jangkauan.
Dalam kondisi seperti itu, kita butuh kemampuan untuk tetap bertahan, bangun dan berdiri kembali, tidak hanya untuk bangkit tapi untuk berlari dan melejit. Kemampuan tersebut disebut dengan fortitude.
Fortitude adalah skill yang bisa dilatih dalam berbagi situasi baik saat keadaan normal atau saat kita mengalami kegagalan. Apa yang harus kita lakukan saat kita mengalami kegagalan, setidaknya ada beberapa langkah yang bisa kita latih untuk membangun fortitude, diantaranya :
- Aware
Bangun kesadaran bahwa perasaan menderita yang kita alami, tekanan yang dirasakan adalah murni respon natural dari otak dan tubuh kita. Kenali rasa apa yang muncul saat kita mengalami kegagalan. Apakah kita merasakan malu, sakit hati, gelisah, marah, bingung, gelap, kalap dan lain sebagainya.
Setiap rasa itu mengandung data, misal rasa malu ada penyebabnya, ada pihak yang kita malu terhadapnya, ada sesuatu yang kita anggap kita seharusnya punya pencapaian A tapi ternyata tidak dan kita anggap orang lain akan membicarakan kita.
Jika kita urai rasa malu itu datang dari anggapan kita terhadap anggapan orang lain. Anggapan sering kali hanya asumsi lebih jauh bisa jadi ilusi karena kenyataannya tidak seperti itu yang terjadi.
Sadari dulu apa yang seharunya kita harus perbaiki, jangan-jangan kita hanya berasumsi terhadap situasi riil yang sedang terjadi.
2. Accept
Nah jika awareness sudah kita bangun, dan ternyata memang benar adalah kegagalan yang terjadi. Maka langkah berikutnya adalah menerima. Sadar dan menerima bahwa yang terjadi adalah bagian dari diri kita dan menjadi jalan bagi perkembangan kita.
Terima segala rasa yang muncul tadi, sadari bahwa emosi dan rasa adalah bagian dari respon alami. Menerima berarti melepaskan dari segala kemelekatan dan anggapan bahwa seharusnya saya mendapatkan ini, mengalami ini, tidak mendapat ujian ini.
Semakin kita menolak maka semakin kuat rasa negatifnya semakin habis energi kita untuk menyangkalnya. Sebaliknya semakin kita menerima maka rasa itu akan menyatu dengan diri kita dan menjadi sumber energi baru saat kita mulai membuat rencana jalan keluar.
3. Adjust
Langkah ini menjadi menjadi sebuah panduan, perubahan cara pandang, penyusunan kekuatan dan jalan keluar dari lubang penderitaan. apa saja yang harus kita adjust di tahap ini :
a. Perspektif
Anggapan itu sering kali hanya khayalan tanpa kenyataan. Cara pandang kita terhadap sebuah kegagalan menjadi celah kita masuk kedalam keterpurukan. Kita ubah cara pandang kita dengan melihat kegagalan sebagai peluang baru, pembelajaran baru bahkan awal yang baru. Tidak mudah memang tapi sangat layak dicoba.
b. Network dan lingkungan
Lingkungan baru akan membawa kita pada cara pandang baru, dukungan baru dan sumberdaya baru. Segera beranjak mencari sebuah koneksi baru dan jejaring baru yang membuat kita bisa berkaca dari pengalaman mereka. Yang membuat kita merasa tidak sendiri dan mungkin bisa mendapat bantuan sana-sini.
c. Purpose & Value
Kenapa banyak orang yang bisa survive bahkan saat mengalami kegagalan yang lebih hebat dari kita? kenapa mereka bisa cepat bangkit dan lebih melejit? Ternyata jawabannya adalah mereka punya value yang menjadi mesin yang selalu menyala dan mendorongnya bertahan dan kembali mencapai kesuksesan.
Purpose yang menjadi alasan mengapa kita ada, apakah hanya untuk berhenti saat gagal atau melanjutkan meraih kesuksesan. Value yang menjadi standar perilaku kita dan prinsip yang kita pegang. Mungkin ada purpose dan value yang harus kita sesuaikan, perbaiki dan maknai lebih.
Terlebih lagi saat kita mempunyai Purpose dengan tujuan yang mulia dan bermakna. Maka ia akan melahirkan value dan prinsip yang menjadi tenaga dan pegangan saat kita mengalami kegagalan.
d. Time & Energy
Mengatur ulang waktu dengan mengambil jeda akan memberikan kita sebuah awalan baru. Seperti HP saat mengalami hang maka langkah terbaik adalah mereset kembali, berikan waktu isitirahat sejenak bagi tubuh dan pikiran kita, lalu ucapkan kita mulai dari 0.
Langkah ini akan memberi kita energi baru, kejernihan berpikir dan emosi baru yang lebih netral dan positif.
4. Action
Action adalah Langkah paling penting saat mengalami kegagalan, tidak ada teori dahsyat yang paling efektif selain segera melakukan. Lakukan sesuatu jangan diam. Bergerak dengan sadar dan konsisten untuk mengambil setiap pelajaran dari kegagalan.
Lakukan setiap langkah yang sebelumnya disebutkan mulai dari Aware-Accept dan Adjust. Maka sedikit demi sedikit jalan kemudahan terbuka dab bukan tidak mungkin jalan kesuksesan datang dengan segera.
Ada masukkan?